Banner

Bung Karno, Pak Harto Dan Ikatan Dokter Indonesia

Dr. dr. Muhammad Isman Jusuf, Sp.N, FISQua

Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter

Bidang Organisasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

 

Bukan suatu kebetulan dari 7 Presiden Republik Indonesia, ada 4 orang yang terlahir di bulan Juni, yaitu Presiden Pertama Ir. Soekarno lahir 6 Juni, Presiden Kedua Jenderal Besar Soeharto lahir 8 juni, Presiden ketiga Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir 25 Juni dan Presiden saat ini Ir. Joko Widodo lahir 21 Juni. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memiliki memori sejarah dengan keempat Presiden tersebut. Untuk edisi Kali ini akan dibahas hubungan dan interaksi antara IDI dengan Bung Karno dan Pak Harto.

Bung Karno menjabat Presiden RI pada tahun 1945 sampai tahun 1967. Dalam kurun waktu 22 tahun berkuasa, Bung Karno tercatat dua kali menghadiri muktamar IDI. Yang pertama pada muktamar II IDI di Jakarta tahun 1951. Saat itu Bung Karno menghadiri resepsi penutupan muktamar IDI yang diadakan di istana negara. Dalam sejumlah foto dokumentasi Arsip Negara RI diperlihatkan Presiden Sukarno didampingi ibu Fatmawati menyalami para dokter anggota IDI yang memperkenalkan diri bahkan Bung Karno ikut santap malam bersama dengan para peserta muktamar.

Para dokter mengantre untuk memberi salam dan memperkenalkan diri pada Presiden RI, Soekarno pada malam penutupan resepsi di Istana (Sumber ANRI)
Original Digital object not accessible
Presiden RI, Soekarno bersama para peserta Muktamar Ikatan Dokter Indonesia sedang mengambil jamuan makan pada malam penutupan resepsi di Istana (Sumber ANRI)

Untuk kedua kalinya Bung Karno menghadiri muktamar IDI yaitu pada muktamar V tahun 1954 di Semarang. Dalam pidatonya  Bung Karno menyampaikan bahwa meskipun ia sudah lama tidak lagi memasuki “Balairung Ilmu Pengetahuan”, ia tetap tertarik menggunakan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk peningkatan standar hidup penduduk sesuai dengan realisasi ideologi marhaen. Presiden Soekarno mengkonsepsikan peran sosial yang lebih luas bagi para dokter dalam mewakili orang yang kurang mampu dan mendesak mereka untuk fokus pada pengembangan pemecahan masalah.

Semasa pemerintahan Bung Karno, ada tiga orang pendiri IDI yaitu dr. R.Soeharto, dr. Azis Saleh dan dr. Hadrianus Sinaga yang mendapat kepercayaan  menjabat sebagai Menteri. Dokter Hadrianus Sinaga dipercaya sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Dokter R.Soeharto dipercaya sebagai Menteri Perindustrian Rakyat Kabinet Kerja I dan II, Menteri Perdagangan Kabinet Kerja III, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kabinet Kerja IV dan Dwikora I. Dokter Azis Saleh dipercaya sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Karya, Menteri Pertanian kabinet Kerja I dan II, Menteri Perindustrian Rakyat Kabinet Kerja III dan IV serta Menteri Koordinator Kompartemen Perindustrian Rakyat Kabinet Dwikora I dan II.

Selanjutnya Bung Karno digantikan oleh Pak Harto sebagai Presiden kedua RI yang menjabat sejak tahun 1967 sampai 1998. Presiden Soeharto selalu berkesempatan menerima kunjungan pengurus besar IDI di Bina Graha Jakarta. Selama 31 tahun berkuasa, Presiden Soeharto pertama kali menghadiri dan membuka muktamar XXI IDI tahun 1991 di Yogyakarta. Yang menarik dalam muktamar tersebut, walaupun bukan menjadi keputusan muktamar namun mengemuka aspirasi yang disampaikan kepada pak Harto agar beliau jangan menolak jika ada yang mencalonkan kembali sebagai Presiden RI Periode 1993-1998.

https://kompaspedia-kompas-id.azureedge.net/wp-content/uploads/2020/10/BW-00013400-5-GIR003-scaled.jpg
Presiden Soeharto di Bina Graha menerima 30 Pengurus Besar IDI, wakil pengurus cabang IDI serta Perhimpunan Dokter Ahli, dipimpin oleh Ketua IDI dr E. Abdullah Cholil. Tampak Presiden mendengarkan laporan Ketua IDI dr Abdullah Cholil (keempat dari kiri). (16/12/1982)

Pada tahun 1987, IDI pertama kali memberikan penghargaan Sutomo Tjokronegoro kepada tokoh masyarakat yang berjasa dalam bidang kesehatan. Penerima penghargaan pertama adalah istri Presiden Soeharto, Ibu Tien Soeharto. Dimana Sebagai ketua Yayasan Harapan kita, beliau juga berkiprah di bidang kesehatan dengan mendirikan sejumlah rumah sakit, seperti Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita pada tahun 1979 dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita pada tahun 1985.

 

Ibu Tien Soeharto membuka kegiatan yang dilaksanakan Ikatan Dokter Indonesia Tahun 1977 (Sumber Perpustakaan Nasional)

Semasa pemerintahan pak Harto, beliau memberikan kepercayaan kepada sejumlah kader IDI untuk menjabat Menteri Kesehatan diantaranya Prof Dr. G.A.  Siwabessy (Pengurus seksi Radiologi Ikatan Dokter Indonesia) dipercaya sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Pembangunan I dan II, dr. Soewardjono Soerjaningrat (Ketua Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia) sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Pembanguan III dan IV, dan Prof.Dr.dr. Farid Anfasa Moelek (Pengurus POGI) sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Pembangunan VII.

Sepenggal kisah di atas menunjukkan bahwa Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto dalam kapasitas sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan memiliki relasi yang baik dengan IDI sebagai rumah besar dokter Indonesia. Sejak dari awal berdirinya, IDI berkomitmen untuk senantiasa bersinergi dan berkolaborasi dengan pemerintah mulai dari level Bupati/Walikota, Gubernur hingga Presiden Republik Indonesia. Alfateha untuk Bung Karno dan Pak Harto.

Bagikan Artikel Ini
Kontak Saran