Banner

Kemeriahan Perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-116 di Yogyakarta

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bakal menggelar puncak peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) yang ke-116 pada 16-20 Mei di Yogyakarta. Dengan mengusung tema ‘Sinergi Kolaborasi untuk Negeri’, IDI ingin meningkatkan wujud nyata bakti dokter Indonesia untuk rakyat Indonesia, dalam partisipasinya mendampingi masyarakat menuju Indonesia Sehat yang berdaulat.

Terdapat serangkaian acara menarik dan bermanfaat selama lima hari perayaan HBDI ke-116, mulai dari tanggal 16 hingga 20 Mei 2024 yang mana turut diisi dengan berbagai kegiatan yang menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat, meliputi: 

Kamis, 16 Mei 2024:

  • Kick off acara yang ditandai dengan penanaman pohon yang dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Ulul Albab, Sp.OG bersama Ketua IDI Wilayah DIY, dr Joko Murdiyanto SpAN KIC MPH, serta VP General Secretary Danone Group Vera Galuh Soegijanto

  • Kunjungan ke PT Sarihusada: Para dokter peserta acara berkesempatan untuk mendapatkan perkenalan mendalam tentang produk dan peran PT Sarihusada dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Jumat, 17 Mei 2024:

  • Seminar Saintifikasi Jamu: Seminar ini membahas tentang potensi dan manfaat jamu sebagai bagian dari pengobatan tradisional di Indonesia.

  • Focus Group Discussion Junior Doctors Network (JDN): Diskusi ini mengangkat topik penting tentang dilema yang dihadapi para dokter muda dalam memilih jalur spesialisasi. 

     

Sabtu, 18 Mei 2024:

  • Bakti Sosial: Kegiatan ini berupa operasi bibir sumbing dan operasi katarak bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, dilakukan pula paparan tentang daerah binaan stunting, dimana para dokter memberikan edukasi dan pendampingan untuk mengatasi permasalahan stunting di wilayah tersebut.

Minggu, 19 Mei 2024:

  • Ziarah ke makam dr. Wahidin: Ziarah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada dr. Wahidin, seorang dokter pendahulu yang berjasa besar bagi dunia kedokteran Indonesia.

Senin, 20 Mei 2024:

  • Peresmian Sumur Bor di Ponjong Gunung Kidul: Peresmian sumur bor ini diharapkan dapat membantu meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat di daerah Wanglu, Kelurahan Umbulrejo, Kapanewon Panjang.

Adapun acara ini diikuti oleh ratusan rekan dokter sejawat dan juga para pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dari berbagai daerah di Indonesia, dimana semuanya berkumpul untuk tujuan yang sama, yakni merayakan Hari Bakti Dokter Indonesia. 

Peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-116 juga. menjadi momen penting bagi para dokter untuk merefleksikan peran dan tanggung jawab mereka dalam memajukan kesehatan masyarakat. Berbagai kegiatan yang diadakan menunjukkan komitmen para dokter untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

Membantu Sesama Lewat Operasi Katarak dan Bibir Sumbing

Dalam salah satu rangkaian acara Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-116, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar berbagai kegiatan bakti sosial, salah satunya adalah operasi katarak dan juga operasi bibir sumbing secara gratis. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang mengalami kebutaan akibat katarak, namun tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan pengobatan.

Operasi katarak merupakan prosedur medis yang bertujuan untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan yang jernih. Katarak dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati, sehingga operasi ini sangat penting bagi para penderitanya untuk mengembalikan penglihatan mereka.

Melalui kegiatan bakti sosial ini, IDI ingin menunjukkan kepedulian para dokter terhadap kesehatan masyarakat. Operasi katarak gratis ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para penderitanya dan memberikan mereka kesempatan untuk melihat dunia dengan lebih jelas.

DR. Dr. Sagiran, Sp.B (K) KL, M.Kes, FICS selaku Ketua Yayasan Nur Hidayah mengucapkan rasa terima kasihnya karena bisa menjadi bagian dalam acara HBDI yang ke-116. “Kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh tamu-tamu yang kami muliakan semuanya. Buat keluarga besar Nur Hidayah. Jadi, acara ini sungguh merupakan kebahagiaan kami tersendiri, untuk itu kami sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada panitia pusat yang menunjuk kami sebagai salah satu dari mitra HBDI ke-116 ini. Untuk kegiatan-kegiatan yang lain, Nur Hidayah sangat-sangat terbuka lebar untuk kita bisa bekerja sama lagi,” ujarnya. 

Dr. Mahesa Paranadipa, M.H

Dr. Mahesa Paranadipa Maikel, M.H dari PB IDI juga mengatakan jika masalah ini adalah tanggung jawab dokter sebagaimana harus memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. ”Kami bertanggung jawab untuk memastikan para dokter Indonesia hari ini bisa memberikan pelayanan profesional bermutu kepada seluruh masyarakat. Sesuai dengan tagline HBDI tahun ini yaitu Sinergi Kolaborasi untuk Negeri,” katanya. 

Bantuan operasi katarak pada acara HBDI ke-116 ini pun mendapat sambutan dan apresiasi yang positif dari masyarakat, karena banyak orang yang terbantu dan bisa kembali melihat lagi. 

”Saya selaku wakil ibu saya mengucapkan terima kasih sekali kepada IDI, Perdami, dan Rumah Sakit Nur Hidayah yang telah memberikan operasi katarak gratis kepada ibu saya. Untuk program seperti ini bagus sekali, sehingga bisa membantu untuk keluarga yang kurang mampu atau untuk mereka yang membutuhkan. Terima kasih banyak, semoga sukses selalu,”  ucap salah satu wakil pasien yang melakukan operasi katarak. 

Melakukan Ziarah ke Makam Dr. Wahidin

Setelah melakukan berbagai kegiatan sosial, segenap partisipan acara HBDI ke-116 tidak lupa berziarah ke makam dr. Wahidin Sudirohusodo di kawasan Mlati, Sleman. Beliau merupakan pahlawan nasional sekaligus dokter yang berjasa. Ketua Umum PB IDI DR. Dr. Mohammad Adib khumaidi, Sp.OT pada saat berada di area pemakaman mengatakan jika ini merupakan kali pertama dimana Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam satu momentum acara Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) mengunjungi makam tokoh pendahulu dokter Indonesia yakni dr. Wahidin. Selain itu, juga terdapat makam pendahulu Boedi Oetomo dan Ketua BPUPKI pertama. 

“Tentunya izinkan saya pada kesempatan kali ini untuk mengunjungi makam tokoh-tokoh pendahulu kita dan saya membacakan orasi ilmiah yang selalu disampaikan pada 20 Mei, yang mudah-mudahan bisa kita sampaikan juga kepada para anggota lain yang tidak bisa hadir di sini. Belaiu-beliau yang dimakamkan di sini adalah tokoh bangsa tanpa jasa beliau tentunya fondasi negara yang dibentuk dan rasa nasionalisme pada saat itu mungkin tidak muncul. Apapun yang kemudian menjadi takdir, tidak terlepas bahwa kita harus mengakui dan negara pun mengakui dengan memberikan penghargaan nasional kepada dr. Wahidin dan beberapa yang dimakamkan di sini juga,”  kata Dr. Adib. 

Dikatakan jika hal tersebut juga jadi komitmen bagi IDI yang juga lahir dalam proses ikatan sejarah yang kuat, yang diharapkan dengan kehadiran semua di sini dapat mewakili seluruh dokter di Indonesia untuk kemudian bisa menularkan semangat yang sudah dibangun oleh para pendahulu kita.

“Memperingati HBDI ke-116 ini, saya mengambil sebuah judul ‘Kebangkitan Dokter Nasional’, tujuannya supaya mengingatkan bahwa kebangkitan nasional itu dilakukan oleh dokter. Pada HBDI, yang juga sebagai bagian dari Hari Kebangkitan Nasional adalah momentum untuk memperkuat komitmen para dokter Indonesia kepada negara dan masyarakat Indonesia,” tuturnya. 

Cuplikan orasi ‘Kebangkitan Dokter Nasional’

Sejarah dokter Indonesia sejak Boedi Oetomo pada masa itu yang mengilhami para dokter Indonesia untuk mengkritik pemerintah kolonial dengan menawarkan metode cara berpikir dan metafora-metafora biologis dan fisiologis baru untuk mengevaluasi masyarakat kolonial pada masa itu. 

Para dokter Indonesia mempunyai posisi yang sangat strategis untuk mendiagnosis tubuh sosial masa kolonial yang kemudian melakukan terapi intervensi yang tepat dengan mengadvokasi dengan cara mengusulkan pemikiran-pemikiran yang cerdas pada saat itu. Komitmen terhadap ilmu kedokteran juga yang mengilhami sejumlah mahasiswa atau pemuda, salah satunya ada dr. Sulaeman untuk mempunyai imajinasi negara baru merdeka dan sehat.

Teori evolusioner terutama teori sosial dari Darwin yang memperkuat kecenderungan untuk menganalisa proses sosial sebagai proses biologis. Di sini peran profesi dokter yang berada dalam posisi unik dalam mendiagnosis pathologic problem sosial, mengidentifikasi sifat dan tekanan yang melekat dalam proses evolusi sosial tersebut dan memberikan sertapedic dengan usulan strategis untuk menyelesaikan problem sosial. 

Sudah jadi fakta sejarah bahwa proses pembentukan fondasi negara Indonesia pada awal abad ke-20 telah menempatkan figur keberadaan dokter-dokter Bumi Putera sebagai pelopor nasionalisme dan kesadaran berbangsa, saratnya jalinan keberadaan dokter dan lahirnya semangat tersebut tidak terlepas dari watak yang dibentuk oleh proses didikan dokter dan sumpah serta etika yang harus dipatuhinya sebagai seorang dokter, 

Dokter adalah figur yang mengabdikan profesinya tanpa dipengaruhi pertimbangan-pertimbangan agama, kedudukan sosial jenis kelamin, suku, dan politik kepartaian. Artinya dalam pekerjaan keprofesian sarat dengan nilai kesetaraan, sebuah nilai yang dapat menumbuhkan rasa ketertindasan yang sama akibat proses penjajahan pada masa itu, yang akhirnya menimbulkan rasa kebangsaan yang kemudian dapat berkembang jadi rasa nasionalisme. 

Tidak mengherankan jika pada periode 1908, kelompok pertama yang memilih semangat nasionalisme adalah dokter, inilah yang menjadi embrio kesadaran berbangsa yang pad gerilyanya melahirkan semangat kebangkitan nasional. dr. Wahidin adalah pengagas berdirinya Boedi Oetomo, organisasi yang dapat memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. 

Sejarah mencatat pada 20 Mei 1908, organisasi Boedi Oetomo lahir. Hari lahir tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang merupakan sebuah awal kebangkitan bangsa yang bertujuan untuk mencapai kehidupan bangsa yang lebih terhormat. Boedi Oetomo kemudian bukan hanya milik para dokter, organisasi ini menjadi milik bersama yang dijalankan untuk pertama kalinya oleh tokoh pemerintahan pada waktu itu sebagai ketuanya. 

Kemudian dalam peran sejarahnya, kiprah dokter-dokter dan generasi penerusnya dalam konteks kebangsaan terus berlanjut dan hingga kemudian 40 tahun setelah 1908, mulai dengan perkumpulan kedokteran Hindia-Belanda yang kemudian akhirnya setelah selama 

40 tahun mengikat dalam satu ikatan kesejahteraan dalam perkumpulan para dokter munculah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Inilah yang jadi momentum yang harus kita sampaikan kepada sejawat dokter, para dokter-dokter muda, para staf kedokteran bahwa lahirnya Ikatan Dokter Indonesia tidak terlepas dari nilai sejarah yang sangat kuat. Bukan lahir karena kepentingan tertentu, bukan lahir karena kepentingan para dokter, akan tetapi kepentingan rakyat dan bangsa pada saat itu.

Untuk saat ini apabila peran dokter akan direvitalisasi, dengan harapan mampu melakukan intervensi menyeluruh pada permasalahan kesehatan, mungkin akan muncul skeptisme di tengah-tengah masyarakat. Sikap skeptis ini wajar karena selama ini peran dokter lebih terlihat pada upaya penyehatan fisik. 

Proses reduksi peran dokter yang tidak disadari dan telah berlangsung sekian lama ternyata telah memaksimalkan fungsi dokte. Persepsi sosial hari ini, sosok dokter tidak lebih hanya sebagai agent of treatment. Dewasa ini para dokter telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Wawasan dokter saat ini hanyalah memahami, mempelajari segala sesuatu tentang penyakit. 

Akibatnya kewajiban untuk menyehatkan rakyat hanya sekadar menganjurkan minum obat dan suplemen, serta mengobati pasien yang sakit. Dokter lupa jika selain mengobati fungsi fisik, juga harus berperan di dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. 

Dokter sebagai seorang profesional cendikia dalam kiprahnya melekat tanggung jawab sebagai agent change, seperti halnya yang disampaikan WHO dengan five starsnya. Mimpi para dokter nasionalis Indonesia telah meredup. Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, juga Hari Bakti Dokter Indonesia ke-116  dengan kondisi kontradiktif era modernisasi, pelayanan kesehatan liberalisasi jasa, tujuan finansial yang dikedepankan dari idealisme yang pernah mewarnai profesi dokter di masa lalu. 

Dalam peringatan HBDI ke116 ini, apakah refleksi perjuangan dokter di era 1908 dan kemerdekaan dan kita hadir dalam tempat para pendahulu, para pendiri negara ini, tokoh yang membangun semangat kebangsaan, marilah kita membangunkan kembali komitmen kerakyatan, komitmen kebangsaan kita, bahwa profesi dokter Indonesia harus mempunyai peran strategis di dalam negara. Profesi dokter Indonesia yang tergabung dalam IDI harus memberikan warna positif terhadap pembangunan dan kesehatan di Indonesia. 

Profesi dokter yang tergabung dalam IDI juga harus menjadi mitra strategis pemerintahan untuk memberikan masukan-masukan dengan memberikan intervensi terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan di Indonesia. Semangat kebangsaan dan kerakyatan inii harus selalu kita siarkan kepada seluruh anggota kita dan mudah-mudahan dengan momentum Hari Kebangkitan Nasional ini para tokoh-tokoh pendahulu yang dimakamkan di tempat ini bisa memberikan semangat kepada kita semua. 

Peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-116 di Yogyakarta menjadi momen istimewa yang menunjukkan dedikasi dan pengabdian para dokter untuk bangsa. Rangkaian acara yang diselenggarakan selama lima hari ini mencerminkan komitmen IDI dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan membangun bangsa yang lebih sehat.

Lebih dari sekadar perayaan, Hari Bakti Dokter Indonesia ke-116 di Yogyakarta menjadi pengingat akan peran penting dokter dalam kehidupan masyarakat. Semangat para dokter dalam memberikan pelayanan terbaik dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa patut diapresiasi dan ditiru oleh generasi penerus.

Hingga saat ini, peran dokter tetaplah esensial. Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-116 di Yogyakarta menjadi bukti nyata bahwa dedikasi dan pengabdian para dokter memang tak pernah padam. Mari kita terus dukung dan berikan apresiasi kepada para dokter yang telah berjasa dalam menjaga kesehatan dan membangun bangsa Indonesia. Satu IDI Terus Maju! 

Bagikan Artikel Ini
Hotline